Selasa, 08 November 2011

BANGUNAN HEMAT ENERGI: RANCANGAN AKTIF DAN PASIF

Penipisan cadangan minyak nasional akan menempatkan Indonesia sebagai negara pengimpor sumber daya energi ini dalam waktu dekat. Salah satu sektor penting yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar minyak adalah bangunan, umumnya mengonsumsi BBM dalam bentuk energi listrik sekitar 30-60 persen dari total konsumsi BBM di suatu negara.

Untuk kawasan tropis, penggunaan energi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan negara di kawasan sub- tropis yang dapat mencapai 60 persen dari total konsumsi energi. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan pemanas ruang di sebagian besar bangunan saat musim dingin. Sementara di kawasan tropis, pendingin ruang (AC) hanya digunakan sejumlah kecil bangunan. Meskipun demikian, penghematan energi di sektor bangunan di wilayah tropis semacam Indonesia tetap akan memberikan kontribusi besar terhadap penurunan konsumsi energi secara nasional.

Bangunan merupakan penyaring faktor alamiah penyebab ketidaknyamanan, seperti hujan, terik matahari, angin kencang, dan udara panas tropis, agar tidak masuk ke dalam bangunan. Udara luar yang panas dimodifikasi bangunan dengan bantuan AC menjadi udara dingin. Dalam hal ini dibutuhkan energi listrik untuk menggerakkan mesin AC. Demikian juga halnya bagi penerangan malam hari atau ketika langit mendung, diperlukan energi listrik untuk lampu penerang.

Penghematan energi melalui rancangan bangunan mengarah pada penghematan penggunaan listrik, baik bagi pendinginan udara, penerangan buatan, maupun peralatan listrik lain. Dengan strategi perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengonsumsi energi listrik. Kebutuhan energi per kapita dan nasional dapat ditekan jika secara nasional bangunan dirancang dengan konsep hemat energi.

Para arsitek di Barat memulai langkah merancang bangunan hemat energi sejak krisis energi tahun 1973, sementara hingga kini-30 tahun sejak krisis energi di negara Barat-belum juga muncul pemikiran ke arah itu di kalangan arsitek Indonesia.

Rancangan pasif

Perancangan bangunan hemat energi dapat dilakukan dengan dua cara: secara pasif dan aktif. Perancangan pasif merupakan cara penghematan energi melalui pemanfaatan energi matahari secara pasif, yaitu tanpa mengonversikan energi matahari menjadi energi listrik. Rancangan pasif lebih mengandalkan kemampuan arsitek bagaimana rancangan bangunan dengan sendirinya mampu “mengantisipasi” permasalahan iklim luar.

Perancangan pasif di wilayah tropis basah seperti Indonesia umumnya dilakukan untuk mengupayakan bagaimana pemanasan bangunan karena radiasi matahari dapat dicegah, tanpa harus mengorbankan kebutuhan penerangan alami. Sinar matahari yang terdiri atas cahaya dan panas hanya akan dimanfaatkan komponen cahayanya dan menepis panasnya.

Strategi perancangan bangunan secara pasif di Indonesia bisa dijumpai terutama pada bangunan lama karya Silaban: Masjid Istiqal dan Bank Indonesia; karya Sujudi: Kedutaan Prancis di Jakarta dan Gedung Departemen Pendidikan Nasional Pusat; serta sebagian besar bangunan kolonial karya arsitek-arsitek Belanda. Meskipun demikian, beberapa bangunan modern di Jakarta juga tampak diselesaikan dengan konsep perancangan pasif, seperti halnya Gedung S Widjojo dan Wisma Dharmala Sakti, keduanya terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Rancangan aktif: solar sel

Dalam rancangan aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi listrik inilah yang digunakan memenuhi kebutuhan bangunan. Dalam perancangan secara aktif, secara simultan arsitek juga harus menerapkan strategi perancangan secara pasif. Tanpa penerapan strategi perancangan pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi apabila tingkat kenyamanan termal dan visual harus dicapai.

Strategi perancangan aktif dalam bangunan dengan sel solar belum dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerangan di desa-desa terpencil Indonesia.

Salah satu bangunan yang dianggap paling berhasil menerapkan teknik perancangan pasif dan aktif secara simultan dan sangat berhasil dalam mengeksploitasi penggunaan sel solar adalah bangunan paviliun Inggris (British pavillion). Bangunan ini dirancang Nicholas Grimshaw & Partner, arsitek yang juga merancang Waterloo International Railway Station yang menghubungkan Inggris dengan Perancis melalui jalur bawah laut. Paviliun Inggris ini dibangun di kompleks Expo 1992 di kota Seville, Spanyol, sebagai perwujudan hasil sayembara tahun 1989 yang dimenangi arsitek tersebut.

Bangunan ini dirancang dengan pertimbangan iklim setempat, yaitu temperatur udara musim panas saat Expo dilangsungkan dapat mencapai 45 derajat Celsius, serta meminimalkan penggunaan energi yang mengemisi karbondioksida.

Beberapa strategi rancangan yang digunakan mengantisipasi kondisi udara ini adalah pertama, menggunakan tabir air pada dinding timur yang berfungsi sebagai filter radiasi matahari pagi untuk pendingin bangunan tanpa menghilangkan potensi penerangan alami pagi hari. Tabir air dijatuhkan dari dinding bagian atas bangunan mengalir di seluruh dinding kaca sepanjang 65 meter ke kolam di dasar bangunan.

Aliran air sebagai tabir dinding kaca berfungsi untuk pendinginan permukaan kaca itu sendiri serta menurunkan temperatur lingkungan di sekitar bangunan secara evaporatif. Humidity udara pada kawasan ini relatif rendah, sekitar 50-70 persen.

Dinding kaca terbuat dari bahan yang 20 persennya merupakan komponen keramik dan berfungsi mengurangi panas matahari tanpa mengorbankan cahaya yang masuk ke dalam bangunan. Penggunaan tabir air pada dinding timur ini mampu menurunkan temperatur udara di dalamnya hingga 10 derajat Celsius.

Sisi barat dinding bangunan dilapis kontainer berisi air yang berfungsi sebagai penyerap panas matahari sore. Panas yang diserap kontainer mengurangi pemanasan bangunan siang dan sore hari. Selanjutnya kontainer akan menghangatkan bangunan pada malam hari (temperatur udara luar malam hari cenderung rendah di bawah batas nyaman). Air panas dalam kontainer ini juga dimanfaatkan bagi keperluan pengguna bangunan.

Dinding bangunan sisi selatan diberi lembaran semitransparan yang diperkuat dengan konstruksi baja. Selain sebagai elemen estetika yang mencitrakan layar kapal yang menjadi simbol kejayaan Inggris di laut, juga berfungsi mengurangi radiasi panas sisi selatan.

Sejumlah 1.040 panel sel solar di bagian atap bangunan yang - membentuk semacam deretan layar kapal dan mampu menghasilkan 46kW daya listrik digunakan untuk sebagian besar keperluan listrik bangunan. Konstruksi panel sel solar ini diletakkan sedemikian rupa sehingga dapat melindungi atap terhadap radiasi matahari dari sisi selatan. Paviliun Inggris ini menggunakan energi listrik sekitar 24 persen lebih rendah daripada energi yang seharusnya digunakan bangunan yang dirancang tanpa strategi semacam ini.

Langkah merancang bangunan hemat energi baik secara pasif maupun aktif seperti di atas perlu dicermati. Sudah waktunya para arsitek Indonesia memulainya. Jika dalam waktu dekat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak neto dan harga BBM dan tarif listrik dalam negeri melambung, sebagian besar bangunan yang boros energi tidak lagi dapat berfungsi. Pemakai bangunan akan menemui kesulitan menanggung biaya listrik untuk lift, AC, pompa, dan peralatan lain, yang tinggi. Masih ada waktu untuk menghindari situasi buruk semacam ini dengan memulai merancang bangunan yang hemat energi, hemat listrik, sejak sekarang.

Written by Redaksi Infobangunan

konsep kebutuhan parkir

Konsep kebutuhan parkir

Ø Konsep jumlah pengunjung

Tentukan dulu berapa jumlah orang yang menggunakan bangunan ini, Misalnya bangunan Masjid dengan kapasitas 3000 orang,

Ø Perhitungan kebutuhan parkir

a. perhitungan parkir pengunjung :

Pengunjung terbagi menjadi dua, yaitu pengunjung pejalan kaki dan pengunjung kendaraan, pengunjung kendaraan lebih banyak dari pada pengunjung pejalan kaki, asumsi ini kita perhitungkan jika ada acara besar yang sedang dilaksanakan. Total jumlah pengunjung :

Pengunjung kendaraan diasumsikan = 2000 orang

Pengunjung pejalan kaki diasumsikan = 1000 orang

1. pengunjung Masjid kendaraan ada dua, yaitu pengunjung biasa dan pengunjung rombongan.

Diasumsikan 60% pengunjung biasa (60%x 2000) = 1200 orang

Diasumsikan 40% pengunjung rombongan (40% x 2000) = 800 orang

a. pengunjung biasa (tidak rombongan)

Jika diasumsikan 60% menggunakan mobil dan 40 % menggunakan motor, maka kebutuhan parkir :

- mobil :

jumlah pengunjung menggunakan mobil 40% x 1200 = 480 orang

standar 1 mobil / 6 orang

kebutuhan luas parkir = 10,35 M² / mobil

total kebutuhan luas parkir mobil pengunjung = ( 480 : 6 ) x 10,35 = 828 M² ( 80 mobil )

- motor :

jumlah pengunjung menggunakan motor 60% x 1200 = 720 orang

standar 1 motor = 2 orang

kebutuhan luas parkir = 2 M² / motor

total kebutuhan luas parkir motor = (720 : 2 ) x 2 = 720 M² ( 360 motor )

2 pengunjung rombongan :

jika diasumsikan jumlah pengunjung rombongan 40% dari total pengunjung maka, jumlah pengunjung rombongan 40% x 2000 = 800 orang. Pengunjung rombogan adalah pengunjung yang datang menggunakan bus, maka kebutuhan luas parkir :

- bus

jumlah pengunjung rombongan adalah 800 orang

standar 1 bus = 20 orang

kebutuhan luas parkir 45 M² / bus

total kebutuhan luas parkir bus = ( 800 : 20 ) x 45 = 1800 M² ( 40 bus )

b. perhitungan parkir pengelola

pengelolaan fasilitas dakwah dan masjid terdiri dari kepala dan wakil kepala dakwah, sekretaris umum, dan kepala – kepala bagian beserta stafnya. Jika di asumsikan pengelolaan fasilitas dakwah ini dikelola oleh kepala beserta stafnya berjumlah 30 orang, maka kebutuhan parkirnya jika diasumsikan 60% naik mobil dan 40% naik motor :

- mobil

jumlah pengelola naik mobil = 60% x 30 = 18 orang

standar 1 mobil = 2 orang

kebutuhan luas parkir 10,35 M² / mobil

total kebutuhan luas parkir mobil = ( 18 : 2 ) x 10,35 = 62,1 M² ( 6 mobil )

- motor

jumlah pengelola naik motor = 40% x 30 = 12 orang

standar 1 motor = 2 orang

kebutuhan luas parkir = 2 M² / motor

total luas kebutuhan parkir motor = ( 12 : 2 ) x 2 = 12 M² ( 6 motor )

- parkir service

direncanakan 3 buah mobil box

standar 1 mobil box = 17,25M²

total kebutuhan parkir service = 3 x 17,25 = 51,75 M²

Ø total perhitungan kebutuhan parkir

a. parkir pengunjung :

- parkir mobil = 828 M² ( 80 mobil)

- parkir motor = 720 M² ( 360 motor)

- parkir bus = 1800 M² ( 40 bus)

b. parkir pengelola

· parkir mobil = 62,1 M² ( 6 mobil)

· parkir motor = 12 M² ( 6 motor )

· parkir service = 51,75 M² ( 3 mobil box )

TOTAL = 3473,85 M² + 20 %(sirkulasi) = 4168,62 M²